Aku
membentakmu karena kau ingin keluar rumah untuk bermain dengan memakai baju
yang kotor. Aku marah kepadamu, ketika kau pulang bermain dengan baju yang
semakin kotor. Ketika sarapan, aku banyak mengomel padamu. Roti kau jatuhkan.
Kau memakannya seenak mu saja. Dan ketika kau berangkat sekolah, kau cium
tanganku, tapi aku hanya merengut dan berkata "Jangan nakal di
sekolah!!"
Sore ini, sama saja. Ketika aku pulang kerja dan masuk ke
rumah, aku melihatmu bermain boneka bersama saudara ipar mu. Kulihat kau
memakai kaus yang lusuh. Segera saja kau kumarahi di depan saudara ipar mu. Dan
masihkah kau ingat, bagaimana ketika kemarin kau pulang bermain dan aku ada di
ruang tengah sambil membaca koran. Kau mendatangiku dengan malu-malu. Ketika ku
pandang wajahmu dengan pandangan agak muram sambil berkata "Darimana saja
kamu?"
Kau tak mengatakan apa-apa. Tapi sekonyong-konyong kau
mendekatiku, memelukku dan menciumku. Dan tanganmu yang mungil itu memelukku
penuh kasih sayang. Tuhan telah menumbuhkan rasa cinta dalam hatimu yang tak
pernah surut walaupun kau sering ku omeli. kemudian setelah itu kau
meninggalkanku sambil meloncat kegirangan.
Nah anakku, tak lama setelah itu rasa cemas meliputi
diriku. Kenapa diriku selama ini kurang sayang terhadapmu? Kenapa aku selalu
mencar-cari kesalahanmu dan memarahimu. Mungkin selama ini aku terlalu banyak
berharap terhadapmu yang masih sangat kecil. Aku menilaimu dengan ukuran yang
seharusnya dipakai untuk menilai orang dewasa. Padahal banyak hal-hal baik
darimu yang selama ini luput dari pandanganku. Hatimu itu , walaupun kau masih
kecil tapi kau telah menunjukkan kebesaran hatimu. Kau memelukku dengan penuh
kasih sayang.
Malam ini, biarlah nak. Dalam gelap malam hari aku
menghampirimu dan aku berlutut, aku malu akan diriku sendiri. Ini adalah
penyesalanku. Aku telah berjanji, ketika besok kau terbangun dari tidurmu, aku
akan menjadi ayah yang baik bagimu. Aku akan menjadi kawan sejatimu dan ikut
menderita ketika kau menderita, dan ikut bahagia saat kau bahagia. Aku akan
berpikir 1000 kali jikalau aku hendak mengucapkan suatu perkataan yang tidak
mengenakkan. Aku tahu telah salah dalam menilaimu. Akan tetapi aku tahu
sekarang bahwa kau masih kecil. Rasanya baru saja kemarin kau masih bayi dan
berada dalam gendonganku.
Maafkanlah ayahmu ini nak, yang
terlalu banyak berharap padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar