Saat
bibir mungil, jemari kecil dan bola matamu terbuka sedikit, hati ayah menjadi
mekar berbunga, sebab disitulah saat-saat laki-laki menempatkan harga dirinya
setinggi langit. Betapa saat itu ayah menjadi lelaki sejati, yang sukses dalam
pembuktian penjelmaan sebentuk keturunan. Satu persatu ayah amati kembali
bentuk ciptaan langit kepada sang putri. Cantik, ya, ia harus cantik! Sehat, ya
ia harus sehat! Pikir ayah saat itu.
Hati
yang mekar kembali merekah. Air mata muncul di ujung pelupuk. Inilah tanggung
jawab ayah, yang akan mengantar kamu pada pendewasaannya. Sebagai bayi kamu
harus memperoleh asupan cukup. Hidup teratur dan mulai mengerti segala tata
atur dalam sebuah kehidupan. Kapan boleh menangis, kapan waktu tertawa dan
bermanja-manja… terus .. dan terus sampai masa balita.
Urusan
pendidikan, sekolah yang menjadi tempat penitipan mengarungi ilmu segala rupa, akan
dipilih lagi oleh ayah dengan sejuta harapan. Lagi-lagi ayah ingin melihat anak
perempuannya pintar, sanggup merengkuh apapun yang dicitakannya nanti. Terus
berlangsung sampai masa remaja…, dan di sinilah kembali ayah was-was…
Harapan
ayah ingin anak perempuannya yaitu kamu selamat. Lepas dari segala sentuhan
nakal anak remaja lain. Jauh dari gangguan lelaki yang kelak akan menjadi
pautan hatimu. Mulailah rasa was-was kembali memuncak, saat kau sudah berani
berpegangan tangan dengan perjaka yang sudah mulai sering bertandang ke rumah.
Waktu untuk ayah pasti berkurang…. dan kamu mulai tak mau diajak kelewat sering
dengan ayah..
Harapan
ayah kepadamu begitu besar. Menjelang pendewasaanmu tentu ayah sudah ingin kamu
lengkap. Menjadi perempuan perkasa yang dihormati banyak orang karena istimewa.
Menjadi bahan lirikan puluhan mata lelaki karena kamu jelita.
Dari
segalanya yang terbesit di dada, ayah ingin sekali melihat kamu menjadi
perempuan yang tumbuh menjadi wanita dewasa, dengan membubungkan harga diri,
mendapatkan jodoh terbaik, dan selalu merasa mutlak punya urat malu. Ya, urat
malu. Bila perempuan sudah tak tertempel rasa malu, tentu segala hal bisa
berlangsung secara barbar, mencengangkan, bahkan mungkin menjijikkan. Waktu
bergulir sering tak sengaja diamati, padahal kerikil tajam dan pucuk gangguan
khilaf ada di kiri kanan. Ayah tetap berharap, kelak kamu bisa mengatasi segala
hal itu.
Harapan
ayah kepada kepadamu begitu besar. Jadilah tumbuh kembang menjelma sebagai
wanita yang merunduk, karena semakin penuh isi kepala dan semakin gesit gerak
tubuh, maka buru-burulah ilmu padi yang dikenakan - sebab rasa congkak
berkelebihan akan menjerat leher sampai telinga dan kedua kaki kelak.
Harapan
ayah kepadamu, jangan mempermalukan keluarga. Jangan melekatkan segala aib yang
tak perlu. Jangan terlampau memperlihatkan jatuh cintamu kepada orang yang
sesungguhnya belum kau ketahui aslinya. Jangan menggelora sampai ke puncak di
hadapan banyak orang…., sebab kau adalah anakku, yang terlahir dengan penuh
kasih dan penuh pendidikan yang sangat kental, norma yang tak pernah habis
dilekatkan.
Ingat
sekali lagi, kau anak perempuanku. Dari sepasang manusia yang punya
peradaban. Harapan ayah kepada kepadamu tentu punya makna yang sedemikian luber
melimpah. Jangan sekalipun mengecilkan pasangan yang menjadi pilihan hidupmu
yang diawali dengan upacara sakral nikah, nak. Meski kau lebih hebat, super,
terkenal di tengah publik dalam area kerjamu, tetap pakai pakaian kewajibanmu
melaksanakan kodrat yang telah digariskan-Nya. Tak lagi wanita di bawah lelaki,
memang. Namun kodrat melahirkan, kodrat berpelukan selalu dengan segala
keturunanmu melebihi apa yang disempatkan sang suami, tentu harus dicamkan
betul-betul. Dan jangan pula sekalipun mencoba meremehkan, menghina penghasilan
finansial suami yang kau anggap tak memadai.
Dunia
tetap berputar, roda bisa berbalik, dan nestapa bisa merekah di ujung
telingamu. Hati-hati, nak. Jangan dan jangan sekalipun terlontar kalimat
merendahkan kepada jodohmu itu walaupun hanya terbersit sesaat dalam benakmu.
Tercatat rapi dari Yang Kuasa, bila penghinaan bagi sang suami acapkali berada
di isi otak dan hati. Itu sama sekali tidak benar. Dan tidak ada berkah rizki dan
ridho Allah SWT setelah itu…
Ayah Yang Sangat
Berharap Padamu….
Love